rss

Rabu, 29 Juli 2009

AS Ultimatum Iran

Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Robert Gates, Senin (27/7) dalam konferensi pers bersama Menteri Perang Israel, Ehud Barak, berbicara tentang penentuan tenggat waktu oleh Presiden AS, Barack Obama, agar Iran menghentikan aksi pengayaan uraniumnya. Ia mengatakan bahwa akhir bulan September merupakan batas tenggat waktu yang ditentukan oleh Obama bagi jawaban Iran soal program nuklirnya. Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel mengklaim bahwa Iran berupaya menutup-nutupi program nuklir militernya. Ehud Barak menekankan bahwa tidak ada opsi lain bagi Iran kecuali menghentikan program nuklirnya. Namun kini masyarakat internasional mengetahui bahwa klaim AS dan Israel soal program nuklir Iran hanya berlandaskan prasangka belaka. Hal ini mengingat Badan Energi Atom Internasional (IAE) telah memasang kamera-kamera pengawas di seluruh instalasi nuklir Iran.

Menurut para pengamat, tujuan kalim tersebut adalah dalam rangka mengesankan bahaya program nuklir Iran serta untuk mengalihkan perhatian masyarakat dunia terhadap gudang-gudang senjata nuklir rezim Zionis Israel. Klaim soal upaya Iran untuk menggapai senjata nuklir ini mengemuka di saat Israel merupakan satu-satunya negara pemilik senjata nuklir. Menariknya, rezim yang sudah terbukti watak agresornya ini justru tidak mendapat tekanan dari masyarakat internasional atas kepemilikan senjata destruksi massal. Apalagi Israel bukan anggota Traktat-Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Sikap Israel ini disinyalir oleh banyak pihak berkaitan erat dengan kegagalan upaya Israel untuk mengadu-domba negara-negara regional dan kekalahan pahitnya pada perang di Lebanon dan Gaza.

Majalah Time dalam edisi terbarunya menyebut penekanan Amerika Serikat terhadap program nuklir Iran sudah keterlaluan. Disebutkan pula bahwa Iran berhak mendayagunakan teknologi nuklir untuk kepentingan damai sesuai yang ditetapkan oleh NPT. Bahkan dalam laporan yang dirilis oleh komunitas intelejen AS pada tahun 2007 disebutkan pula bahwa program nuklir Iran tidak mengacu pada tujuan militer. Majalah beroplah besar di AS itu menambahkan, hanya PM Israel, Banyamin Netanyahu, dan kelompok noe-konservatif Gedung Putih saja yang sepakat bahwa Iran tengah berupaya memproduksi senjata destruksi massal.
Majalah Time menyimpulkan, untuk saat ini AS tidak perlu melakukan boikot nuklir dan Iran bukan ancaman nuklir paling menyeramkan bagi AS.

Berbeda dengan fakta, Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, dalam pertemuannya dengan para pejabat Israel mengatakan, AS akan membentuk payung keamanan di kawasan jika Israel menggapai senjata nuklir. Tidak diragukan lagi bahwa klaim-klaim tersebut adalah dalam rangka mengelabuhi opini umum. Karena jika Israel benar-benar menginginkan keamanan di kawasan, maka langkah pertamanya adalah melucuti senjata nuklir rezim Zionis.

0 komentar:


Posting Komentar